Menu

Kamis, 05 April 2012

Tentang jibab..

Kuala Lumpur,

Jadi ingat waktu sma, ada sepupuku yang sering kali menanyakan pertanyaan yang sama setiap kali ketemu, nanya, "dek, kapan ada rencana pake jilbab?" dan jawabanku saat itu, "entar ajalah, adek belom siap kak, klo sekarang, masih banyak yang harus adek benahi, adek harus menata hati, perbuatan, tingkah laku adek, ngapain adek buru-buru pake jilbab klo nantinya sikap dan perbuatan adek nggak sesuai dengan jilbab yang adek pakai,yang ada malah malu-maluin orang tua. Kan banyak yang gitu kak, udah pake jilbab perbuatannya ya gitu, amit-amit, mending kayak sekarang aja, jaga hati, jaga sikap meskipun nggak pake jilbab. Udah gitu adek merasa belum mendapat hidayah. Nanti klo InsyaAllah udah ada hidayah, adek pasti berjilbab". Itulah jawaban yang aku lontarkan dulu, dan itu juga yang menjadi jawaban banyak muslimah lain ketika ditanya alasannya tentang kenapa belum berjilbab.
Bahkan sempat terlintas dipikiranku, ngapain seh sibuk banget ngurusin urusan orang, itukan masalah hati, ngapain ditanya-tanya, ntar klo udah waktunya aku berjilbab, ntar aku juga berjibab koq. (Astaghfirullah....)

Padahal kakak itu yang sudah melakukan hal yang benar, saling mengingatkan dalam kebaikan.
Sebenarnya jilbab itu wajib ga sih? Bagi yang sering membaca Qur'an dan tafsirnya, pastilah tahu firman Allah dibawah ini yang artinya :
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. "

( terjemah QS. 33 : 59 )

“Wahai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

(QS. Al A’raaf: 26)
Sebagai orang awam bahasa Arab, dari ayat - ayat diatas aja Allah sudah dengan jelas memerintahkan kita, yang berjenis kelamin wanita untuk menutup aurat. Kedudukan perintah menutup aurat ini sama penting kedudukan dengan perintah-perintah lain di dalam AL-Qur'an. Trus koq bisa-bisanya ya aku pada saat itu, dengan jawaban yang sok tahu menjawab dengan jawaban itu. Lantas apakah kita harus dapat hidayah dulu, baru akhirnya memakai jilbab? Andaikan hidayah itu datang besok, sebelum kita mati. Lalu bagaimana dengan hidayah yang tak kunjung datang? berarti sampai akhirnya maut menjemput, kita yang notabene nya orang Islam tidak akan melaksanakan satu perintah Allah? Naudzubillah.

Jujur, setelah terlibat perbincangan seru dengan kakak sepupuku, semalaman aku susah tidur. Bayangin aja, saat itu, aku duduk di Kelas 3 SMA dan caturwulan ke 2 (Pas aku SMA masih pake sistem Caturwulan). Apa nggak tanggung banget tuh? banyak ruginya, klo jahit baju seragam sma yang baru, cuma kepake 3 bulan, yah sama ngurusin EBTANAS, IJAZAH dan lain-lain paling 4 bulanlah, selebihnya paling di hibahkan ke orang. Mau ngomong ma ayah atau ma nyanyak dulu yah? Banyak banget pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran dikepalaku malam itu.
Sampai akhirnya besok pagi, karena didera oleh keinginan yang tak tertahankan lagi, aku memutuskan untuk bicara langsung pada nyanyak. Alhamdulillah, jawaban nyanyak melegakan, "ya sudah terserah adek, klo adek memang sudah yakin di dalam hati ingin berjilbab, nyanyak setuju saja, cuma dengan satu syarat!" Nah lho? kenapa pake syarat segala? "Syaratnya klo nanti sudah berjilbab, ingat, jangan sampai dibuka lagi, dosanya dua kali lebih besar, karena yang pertama sudah tidak menutup aurat, yang kedua, terkesan mempermainkan perintah Allah, ingat itu baik-baik", begitu jawaban nyanyak. Dengan mantap akupun meng-iyakan.
Orang kedua yang aku mintai persetujuannya adalah ayah, sebelum kekantor aku mendekati ayah dan mengutarakan maksud hati, jawaban ayah saat itu, " ya udah, kapan kita ketukang jahit, biar langsung dijahit baju seragam barunya?" Subhanallah, langsung aku peluk ayah dan aku cium,i love you dad, sooooooo much.
Terakhir aku minta pendapat pada cut a dan sida (kakak-kakak ku) dan merekapun mendukung. Kebetulan cut'a memang sudah berhijrah sejak awal masuk SMA.
Kalau tidak salah seminggu kemudian, setelah seragam sekolahku selesai dijahit, aku langsung mengenakan jilbab pertamaku saat kesekolah. Senang banget rasanya. Akhirnya aku berhasil menyingkirkan semua keragu-raguanku, kegelisahan dan kebimbanganku selama ini.

Manfaat setelah berjilbab? memang sudah tidak diragukan lagi. Jaman dulu pas kuliah, aku yang sehari-harinya naik kendaraan umum, naik bis dan kereta api ekonomi Jakarta- Depok merasa aman, kebayangkan gimana padatnya angkutan umum di Jakarta, apalagi pas jam-jam sibuk, jarang diganggu oleh orang-orang iseng. Terlebih lagi klo pulang malam dari kampus selepas ngerjain tugas. Alhamdulillah nggak pernah ada yang colak colek.
Setelah berjilbab ada juga yang nanya gini "ntar klo udah lulus kuliah gimana tuh cari kerjanya? tau sendiri jaman sekarang susah cari kerja, apalagi orang yang berjilbab", semua aku pasrahkan pada Allah, aku merasa masalah rejeki semua Allah yang atur,biarpun berjilbab klo udah rejeki nggak akan kemana.
Sampai akhirnya aku kerja disalah satu perusahaan asing, dan cuma bertahan selama 6 bulan. Ada isu-isu salah satu penyebab aku dipecat adalah karena aku berjilbab. Ya sudahlah aku nggak ambil pusing InsyaAllah aku pasti akan dapat kerjaan lain. Dan ternyata benar, dalam tempo 1 bulan, dari hasil mengirimkan puluhan lamaran, ada juga panggilan kerja diperusahaan lain dan mendapatkan tawaran yang lebih baik.

Klo aku pikir-pikir lagi, memanglah hidayah itu nggak datang dengan sendirinya, kitalah yang harus mencarinya. Untuk menjalankan perintah Allah apakah kita harus mempertanyakan kebaikan untuk diri kita sendiri. Jelas-jelas Allah lah yang menciptakan kita, sudah pasti tentu Allah tahu yang terbaik untuk hambanya. Kenapa kita harus dilanda oleh keragu-raguan yang semuanya berasal dari syaitan?
Di Jaman sekarang ini, dengan begitu cepatnya perkembangan media komunikasi, dakwah yang sering kita dengan dimana saja, kapan saja (Selama kita mau mendengarnya) semakin banyak pula orang yang tidak mau menjalankan perintahNya.

Setelah menggunakan jilbab pun, aku merasa belum menjadi seorang muslimah yang sejati, yang benar-benar menjalankan perintah dan menjauhi larangan Nya, meskipun aku berusaha untuk itu setiap harinya. Andaikan saat itu aku memutuskan untuk merubah sikapku, menata hatiku terlebih dahulu, baru akhirnya aku menggunakan jilbab, aku yakin 100% sampai saat inipun aku pasti belum menggunakan jilbab. Yang namanya manusia,sampai kapan hati kita akan berubah menjadi bersih seperti hati rasulullah? tidak akan, karena hanya rasulullah yang benar2 terjaga kesucian hatinya.
Apakah barometernya, kita sebagai muslimah sudah siap menggunakan jilbab atau belum itu, apakah berasal dari berubahnya sikap kita menjadi lebih baik, berubahnya hati kita agar menjadi lebih bersih, atau kita sudah berubah menjadi muslimah yang lebih baik, barulah kita akan mengenakan jilbab? Sesungguhnya tidak ada barometer untuk semua itu, Apabila kita sudah pasrahkan hati, memilih Islam sebagai agama kita, maka dengan tidak ada keraguan kita sebagai hamba Allah yang penuh dengan kekurangan dan kekhilafan sedikit demi sedikit menjalankan semua kewajiban kita sebagaimana yang tertulis jelas di dalam Al-Qur'an dan hadist.
Berjilbab bukanlah untuk merubah penampilan atau menutupi kekurangan tetapi bejilbab adalah karena kita sudah mempunyai kesadaran untuk melaksanakan perintah Allah. Ibaratkan perhiasan, akan lebih indah dan lebih mahal apabila perhiasan itu terbungkus rapi dan belum tersentuh oleh tangan manusia, begitu pula wanita. InsyaAllah dengan berjilbab, kita semakin bisa menjaga hati dan perbuatan kita. Amin ya rabbal'alamin.