Menu

Kamis, 26 April 2012

Ngaji yuk nak...

Kuala Lumpur,
Ada keberkahan tersendiri untuk orang tua dan anak apabila orang tuanya sendiri yang pertama kali memperkenalkan Al-Qur'an kepada anaknya. Ditambah lagi, aku pernah baca buku tentang seorang anak jenius Hussein Tbatabataba'i, dalam usianya 7 tahun sudah menyandang gelar doktor karena sudah hafal dan paham Al-Qur'an. Subhanallah. Bayangkan saja, kita saja baca qur'an masih senin kamis, seumur hidup khatam qur'an boleh dihitung dengan jari. Nah ini, anak yang "meutuah" ini umur 7 th sudah bisa hafal dan paham qur'an. Orang tua mana yang bahagia dengarnya, kalaulah anak-anak kita nanti lulus kuliah dan dapet kerjaan bagus, itu memang memberikan kita kebahagiaan, minimal di dunia, akan tetapi kalau ditambah dengan anak yang bisa menghafal al_qur'an, sujud syukur selalu. Gimana nggak, kita sebagai orang tuanya akan dijamin syurga oleh Allah. Amin... Amin...Ya Rabbal'alamin.


Nah ceritanya,
sejak amina setahun lebih, aku sudah mulai memperkenal Al-Qur'an kepadanya. Dari kecil dia memang senang gangguin aku jika sedang membaca qur'an. Sedikit demi sedikit, sambil bermain aku sering menuliskan huruf-huruf hijaiyah, menyanyikan lagu alif baa taa atau nyetelin vcd alif baa taa, dan amina senang. Trus pas amina pas berumur 2 th mulailah kami mengajarkan amina mengaji dengan menggunakan juz'amma. Sama seperti juz'amma yang dulu pernah aku gunakan sewaktu kecil. Kondisi juzamma ini pun sudah mengkhawatirkan, karena sudah robek disana-sini, dulu pas amina kecil kadang ditarik-tarik lah, covernya aja udah melayang entah kemana, ditambah lagi, klo nemu ma cut raufa, udahlah selamat. Itu penampakan setelah diperbaiki oleh ayah.
Waktu mengaji biasa setelah shalat magrib berjama'ah dirumah. Mulailah amina aku ajarin ucapan basmalah dan artinya. Trus dilanjutkan dengan bacaan huruf Hijaiyah. Bulan-bulan pertama, amina cuma mendengarkan dan mengulangi apa yang aku ucapkan. Meskipun yang namanya anak-anak, tentunya banyak main-main dan nggak serius. Nah itulah cobaan terberatnya. Jujur, aku sering sekali hilang kesabaran, sesekali pernah aku marahi atau aku ceramahi atau aku sudahi mengajinya. Untunglah abang selalu mengingatkanku untuk selalu sabar dalam mengajari anak. 

Kendala yang aku hadapi antara lain :
- amina kurang begitu suka dengan suasana belajar yang kaku dan menuntutnya harus duduk tenang selalu
- amina tidak begitu memperhatikan saat aku menunjuk huruf hijaiyah, jadinya waktu kita suruh mengulanginya lagi dia nggak tahu, yang mana baa, atau taa, contohnya.
- amina cuma menghapal dan mengulangi apa yang aku ucapkan.

Sejak itu, metode mengaji diubah. Yang tadinya mengaji dengan cara formal, duduk manis diatas sajadah, pakai mukena atau jilbab, baru mulai mengaji, akhirnya kita ubah dengan mengenal huruf hijaiyah sambil bermain. Itu idenya abang, dia mulai nyari-nyari games tentang huruf hijaiyah. Alhamdulillah ketemu. Amina senang bgt. Games puzzle, jadi kita harus mencocokkan huruf Hijaiyah dan meletakkannya ditempat yang benar. Kalau sudah benar baru terdengar bunyi huruf tersebut. Amina main dengan ayahnya. Awalnya main games aja dilaptop. Trus setelah beberapa kali, mulailah pake metoda mendidik anak dengan rewards. Jadi amina boleh main games puzzle, setelah selesai ngaji serius dengan mama atau ayah selepas sholat magrib. Sampai akhirnya sekarang amina mulai benar-benar mengenal huruf Hijaiyah, bukan hanya sekedar mengikuti apa yang aku bacakan. Sekarang dia udah mulai bisa menunjuk dan menyebutkan huruf hijaiyah. Alhamdulillah.
Buatku yang susah itu saat pertama kali memperkenalkan huruf kepada amina. Sepertinya dia butuh waktu untuk memahami dan mengingatnya. Abang selalu mengingatkan bahwa membaca itu lebih susah daripada menghitung, karena itu kita harus super duper sabar dalam mengajarkan anak mengaji.

Alhamdulillah sampai sekarang amina masih kontinyu mengaji, jadwalnya selepas shalat magrib berjama'ah dengan ayah dan mama, klo ayah belum pulang kantor kadang sholat berdua dengan mama dan adek. Dan sekarang amina mengaji udah lebih serius dibandingkan dulu, tapi ya sedikit demi sedikit, tanpa paksaan. Klo udah mulai nggak serius, biasanya dicukupkan dulu. Ngajinya juga udah mau duduk tenang, pake mukena atau jilbab. Durasi mengajinya biasanya 10 menit, klo dia minta lanjut kadang sampai 15 - 20 menit. Sekarang udah mulai belajar mengenal baris-barisnya.  Amina juga sudah mulai aku ajarkan bacaan-bacaan sholat. Seperti doa iftitah, Al Fatehah, doa rukuk, sujud, dan duduk antara dua sujud. Meski masih suka salah, misalkan doa iftitah bacanya waktu sujud :) Kalau urusan menghafal, anak-anak memang cepat menangkap, sering-sering diulang InsyaAllah dia udah hafal. Mendisiplinkannya juga nggak mudah, terkadang masih harus ada reward, misalkan amina ngaji dulu, baru ntar boleh nonton film boboiboy. Kalo udah gitu semangat banget ngajinya. Kadang-kadang meski ga ada reward pernah juga minta ngaji sendiri. Alhamdulillah.

Godaan terbesar sesungguhnya bukan pada anaknya, tapi pada orang tuanya. Jujur saja, aku maupun abang seringkali malas untuk mengajar amina, kadang capek lah, ngantuk lah, pengen nonton lah, ada aja. Jujur saja, kayaknya lebih semangat klo ngajarin amina membaca, berhitung, belajar bahasa inggris daripada mengaji. Semuanya memang sangat berguna untuk kehidupan amina nantinya, akan tetapi ada yang paling penting diantara semua itu, mengajarkan dan memperkenalkan kalam Allah untuk buah hati kami tercinta, bagaimana bisa mengharapkan anak menjadi shaliha jika anak kita sendiri tidak mengenal Allah melalui kalam-kalam Nya. Dan dari siapa juga dia belajar mengenal kalam Tuhannya kalau bukan kita, orang tuanya sendiri yang mengajarkannya. Kami selalu berdoa semoga anak-anak kami selamat dalam kehidupannya dunia dan akhirat. Doakan mama dan ayah ya nak semoga diberikan waktu, kesehatan dan kesabaran untuk mendidik dan membimbing kalian. amin.