Menu

Senin, 05 April 2010

ACA Positif????


Bangkok, April 5 '2010

Tadi baru aja balik dari dokter Hematologis, setelah minggu lalu tes darah. Selepas melahirkan cut amina, baru sekarang akhirnya cek ulang darah. Maksudnya ingin coba second opinion. Setelah kehamilan pertama dan keguguran, lalu hamil kedua dengan full suntikan ( 2 kali sehari), dan sekarang mumpung kita sedang berada di Bangkok, ingin tahu pendapat dokter disini. Ternyata hasilnya tetap sama. ACA nya positif. Untuk kondisi tidak hamil, tidak perlu ada treatment apapun. Akan tetapi apabila hamil, aku harus kembali melakukan cek darah ulang, apabila hasilnya sama, maka aku harus melakukan treatment yang sama dengan kehamilanku sebelumnya

ACA kependekan dari Antibodi antikardiopilin.
Baru tahu ada penyakit tersebut sejak kehamilan pertamaku hampir 3 tahun lalu. Janinku meninggal
dalam usia kehamilan 7 minggu. Awalnya pemeriksaan kandungan trisemester pertama sejak tes kehamilan. Dari dokter yang pertama, dilakukanlah USG. Hasil USGnya janinnya ada, ada kantung kehamilan namun di cek detak jantung negatif. Akhirnya kami coba ke dokter kandungan yang kedua. Hasilnya tetap sama, janinnya ada dengan ukuran janin sesuai dengan usia kehamilan 7 minggu, namun tetap tidak ditemukan detak jantung.
Akhirnya, aku pasrah, memilih untuk berdoa dan memutuskan untuk sementara tidak menemui dokter kandungan manapun.
Pada suatu hari, kakak sepupuku yang akan melahirkan dengan usia kehamilan 39 minggu memintaku untuk menemaninya kedokter kandungan, pemeriksaan setiap seminggu sekali,karena sudah mendekati waktu lahir. Entah kenapa saat itu, tiba-tiba saja aku jadi tertarik ingin memeriksakan juga kehamilanku.
Jadilah aku bertemu dengan dokter kandunganku. Dan tetap hasil USG masih tetap sama masih tidak ada detak jantung. Saat itu usia kehamilan menamai kurang lebih 11 minggu. Keesokan harinya dokter menyuruhku untuk menemuinya bersama suami. Menurut pendapatnya, janin yang ada diperutku sudah meninggal. Dan sudah tidak ada jalan lain untuk mempertahankannya. Kebetulan juga, dalam beberapa hari tersebut aku mengalami flek. Tidak terlalu banyak, cuma frekuensinya dari hari ke hari semakin sering. Menurutnya, flek itu diakibatkan oleh janin yang udah meninggal tersebut. Semakin lama disimpan/ tidak dikeluarkan akan semakin lenket dan sulit untuk dibersihkan. Akhirnya, aku dan suami memutuskan untuk meng-kuret kandunganku.

Seminggu kemudian kami kembali kedokter kandungan untuk melakukan pemeriksaan. Janin yang meninggal tadi di bawa ke bagian patologi, guna mengetahui sebab-sebab keguguran. Dan ternyata janinku meninggal karena kekurangan oksigen dan makanan. Penyebabnya adalah karena darahku mudah membeku. Melihat hasil demikian, dokter mulai curiga dengan kondisi darah ku. Lalu dia menyarankan untuk dilakukannya tes darah lengkap (termasuk tes ACA). Dan hasil tes tersebut baru keluar setelah 2 bulan kemudian. Alhamdulillah, kandungan bersih, namun beliau menyarankan untuk tidak hamil selama 3 bulan. Akhirnya aku pasrah, setelah hampir 2 tahun menikah dan belum hamil, sampai akhirnya aku hamil tapi janinku meninggal, aku tidak berharap apa-apa lagi. Semuanya aku pasrahkan kepada Allah, jika Allah mempercayakan anak kepada kami, Insya Allah pasti akan ada jalannya. Seiring dengan kejadian itu, suasana di kantor yang semakin hetic, menuntut waktuku untuk selalu memberikan lebih dan lebih, membuatku jenuh. Akhirnya setelah dalam proses pemikiran panjang, aku memutuskan untuk rehat sejenak dari dunia kerja. Cuma selang beberapa minggu, suamiku mendapat panggilan kerja ke Bangalore, India dan dia mengajakku. Dua minggu pertama di India, everything was fine. Sampai tiba saat datang bulan, aku sudah tidak memperdulikannya. Pikirku, adalah hal biasa bagiku telat seminggu bahkan sebulan. Entah kenapa, saat pulang berbelanja keperluan dapur, saat melewai farmacy, aku memutuskan untuk membeli test pack. Hasil positif hamil. Supaya lebih meyakinkan, aku coba 2 kali, dan hasilnya sama, aku hamil. Sujud syukur kami pada Allah, akhirnya Allah mempercayakan amanhnya kepada kami. Untuk kehamilah yang kedua ini, aku gak mau ambil resiko. kami langsung memeriksakan kehamilanku dirumah sakit ternama di Bangalore, India, Manipal Hospital. Kuceritakan sejarah kehamilanku pada dokter kandungannya. Dan dia memberikan obat penguat kandungan. Karena aku mengalami morning sickness berat dan jadi susah makan, akhirnya aku cuma minum obat itu beberapa kali dan berhenti.

Alhamdulillah, urusan pekerjaan suamiku selesai lebih cepat dari waktu yang dijadwalkan. Waktu berjalan lama sekali selama di India. Selama hamil aku sangat sensitif dengan bau-bau masakan. Jangankan bau masakan yang aneh-aneh, cium bau uap nasi saja aku muntah. Minimal pulang ke Indonesia aku bisa makan makanan indonesia dimana aja, in case untuk saat itu aku tidak masak.
Begitu pulang, keesokan hari nya kami langsung ke dokter kandungan. Dari dokter itu, bahwa hasil tes darah ku (ACA IgM ku diatas normal = tinggi). Dokter kandunganku menyarankan untuk langsung berkonsultasi dengan pakar darah Prof. Muthalib yang kebetulan praktek di rumah sakit yang sama dengan tempat aku memeriksakan kandungan. Menurut beliau, penyebab kematian janinku yang lalu disebabkan karena darahku yang mudah mengetal, sehingga nutrisi makanan tidak sampai ke janin dan membeku di plasenta. Melihat kondisiku saat itu yang sedang hamil, beliau menyarankan untuk dilakukan tes ulang, dengan harapan ACA Igm nya menurun. Namun hasilnya tetap sama, ACA Igm nya tetap tinggi. Dengan kondisi hamil dan tidak banyak opsi yang tersedia untuk ibu hamil, terpaksa aku harus memilih satu di antara 2 opsi yang tersedia. Pertama, aku harus mengkonsumsi obat / pil selama kehamilan untuk menjaga konsi ACA biar tetap stabil, jadi supply makanan ke janin diharapkan lancar. Akan tetapi opsi ini punya kekurangan, apabila aku mengkonsumsi pil selama hamil, dikhawatirkan obat yang yang aku konumsi mempengaruhi janin. Kedua, berdasarkan hasil penelitian saat ini yang sudah semakin maju, ada treatment yang tidak mengharuskan pasiennya mengkonsumsi obat setiap hari, akan tetapi cukup menyuntikkan obat yang hanya akan berpengaruh terhadap si ibu hamil, dan tidak mempengaruhi janinnya. Dan aku memilih opsi yang kedua. Ada 2 jenis obat injeksi yang tersedia, satu obat yang sangat manjur khasiatnya, hanya butuh sekali suntik setiap kehamilan, dan bahannya terbuat dari babi. Dan yang kedua, obat suntik yang berasal dari sapi, akan tetapi harus disuntikkan ke pasien setiap 12 jam sekali / sehari 2 kali. Dan aku memilih pilihan yang kedua. Mengingat babi adalah haram bagiku muslim, resiko suntikan 2 kali sehari harus aku jalani.

Kali pertama aku disuntik Heparin, nama obat tersebut, aku disuntik oleh prof, sembari mengajari suamiku bagaimana cara menyuntiknya. dokter menyarankan untuk menyuntikkan herparin di kulit perut, karena menurutnya bagian kulit yang paling tebal adalah kulit perut. Suntikan harus terus dilakukan sampai aku merasakan kontraksi ketika saat akan melahirkan. Biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali suntikan pun tidak sedikit, sekali menebus heparin untuk persediaan sebulan saat itu, lebih kurang Rp 1200K . Kalikan saja 9 bulan usia kehamilan.

Oh iya, pada saat usia kehamilan 5 bulan, dokter kandungan menyarankan kami untuk berkonsultasi secara khusus dengan dokter ahli USG, Dokter Bambang. Dokter Bambang selalu memantau kondisi kehamilanku secara keseluruhan setiap bulannya. Termasuk memeriksakan aliran darah ke janin. Dari dokter bambang, kita mendapatkan masukan yang sangat berharga. Beliau pernah cerita, pernah ada pasien yang mengalami nasib yang sama dengan ku. Akan tetapi, pasien tersebut tidak mampu untuk menebus obat pengencer darah yang tergolong mahal. Akhirnya dokter Bambang menyarankan untuk minum air putih yang banyk sekali setiap hari. Karena air putih juga dapat mengencerkan darah secara alami. Jadilah pasien terebut minum air putih dalam jumlah banyak setiap hari. Alhamdulillah anaknya lahir dengan selamat.
Mendengar cerita itu, selain tetap suntik 2 kali sehari, aku minum air putih lebih dari 3 lt setiap hari. Alhamdulillah, aliran darah ke janin semakin lancar. Sayangnya aku baru tahu hal itu ketika usia kandunganku sudah memasuki semester ketiga. Tapi tidak mengapa lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.
Begitulah, mau tidak mau harus dijalani, demi buah hati tercinta. Semakin tua usia kehamilan semakin sakit rasanya. Karena perut yang semakin besar dan kencang, terkadang saat di suntik berdarah. Alhamdulillah suamiku selalu setia menyuntikkan obat 2 kali sehari selama hamil dan mengingatkan untuk terus minum air putih setiap hari.
Tapi semua sakitnya hilang saat buah hati mama lahir. Setelah Amina lahir, beberapa jam kemudian aku tetap harus menyuntikkan heparin selama seminggu, dan dilanjutkan obat minum (seingatku namanya Ascardia 80 mg) selama sebulan.

Sekarang Amina sudah berusia 19 bulan. Alhamulillah sehat. Insya Allah amina jadi anak yang sholeha ya nak....